Diberdayakan oleh Blogger.

Senin, 31 Desember 2012

FADHILAH RATIB AL HADDAD

Ratib Al-Haddad ini diambil dari nama penyusunnya, Yakni Imam Abdullah bin Alawi Al-Haddad, seorang pembaharu Islam (mujaddid) yang terkenal. Dari doa-doa dan zikir-zikir karangan dan susunan beliau, Ratib Al-Haddad lah yang paling terkenal dan masyhur. Ratib yang bergelar Al-Ratib Al-Syahir (Ratib Yang Termasyhur) disusun berdasarkan inspirasi, pada malam Lailatul Qadar 27 Ramadhan 1071 Hijriyah (bersamaan 26 Mei 1661).

Ratib ini disusun atas permintaan salah seorang murid beliau, ‘Amir dari keluarga Bani Sa’d yang tinggal di sebuah kampung di Shibam, Hadhramaut. Tujuan ‘Amir membuat permintaan tersebut untuk mengadakan suatu wirid dan zikir untuk amalan penduduk kampungnya agar mereka dapat mempertahan dan menyelamatkan diri dari ajaran sesat yang sedang melanda Hadhramaut ketika itu.

Pertama kalinya Ratib ini dibaca di kampung ‘Amir sendiri, yakni di kota Shibam setelah mendapat izin dan ijazah daripada Al-Imam Abdullah Al-Haddad sendiri. Selepas itu Ratib dibaca di Masjid Al-Imam Al-Haddad di Al-Hawi, Tarim dalam tahun 1072 Hijriah bersamaan tahun 1661 Masehi. Pada kebiasaannya ratib ini dibaca berjamaah bersama doa dan nafalnya, setelah solat Isya’. Pada bulan Ramadhan dibaca sebelum solat Isya’. Mengikut Imam Al-Haddad di kawasan-kawasan di mana Ratib al-Haddad ini diamalkan, dengan izin Allah kawasan-kawasan tersebut selamat dipertahankan dari pengaruh sesat tersebut.

Ketahuilah bahawa setiap ayat, doa, dan nama Allah yang disebutkan di dalam ratib ini dipetik dari Al-Quran dan hadith Rasulullah S.A.W. Ini berdasarkan sarana Imam Al-Haddad sendiri. Beliau menyusun zikir-zikir yang pendek yang dibaca berulang kali, dan dengan itu memudahkan pembacanya.

Keutamaan Rotib Hadad. (1)

Cerita-cerita yang dikumpulkan mengenai kelebihan RatibAl-Haddad banyak tercatat dalam buku Syarah Ratib Al-Haddad, antaranya: Telah berkata Habib Abu Bakar bin Abdullah Al-Jufri yang bertempat tinggal di Seiwun (Hadhramaut): “Pada suatu masa kami serombongan sedang menuju ke Makkah untuk menunaikan Haji, bahtera kami terkandas tidak dapat meneruskan perjalanannya kerana tidak ada angin yang menolaknya. Maka kami berlabuh di sebuah pantai, lalu kami isikan gerbah-gerbah (tempat isi air terbuat dari kulit) kami dengan air, dan kami pun berangkat berjalan kaki siang dan malam, kerana kami bimbang akan ketinggalan Haji. Di suatu perhentian, kami cuba meminum air dalam gerbah itu dan kami dapati airnya payau dan masin, lalu kami buangkan air itu. Kami duduk tidak tahu apa yang mesti hendak dibuat. Maka saya anjurkan rombongan kami itu untuk membaca Ratib Haddad ini, mudah-mudahan Allah akan memberikan kelapangan dari perkara yang kami hadapi itu. Belum sempat kami habis membacanya, tiba-tiba kami lihat dari kejauhan sekumpulan orang yang sedang menunggang unta menuju ke tempat kami, kami bergembira sekali. Tetapi ketika mereka mendekati kami, kami dapati mereka itu perompak-perompak yang kerap merampas harta-benda orang yang lalu-lalang di situ. Namun rupanya Allah Ta’ala telah melembutkan hati mereka bila mereka dapati kami terkandas di situ, lalu mereka memberi kami minum dan mengajak kami menunggang unta mereka untuk disampaikan kami ke tempat sekumpulan kaum Syarif* tanpa diganggu kami sama sekali, dan dari situ kami pun berangkat lagi menuju ke Haji, syukurlah atas bantuan Alloh SWT karena berkat membaca Ratib ini.

Cerita ini pula diberitakan oleh seorang yang mencintai keturunan Sayyid, katanya: “Sekali peristiwa saya berangkat dari negeri Ahsa’i menuju ke Hufuf. Di perjalanan itu saya terlihat kaum Badwi yang biasanya merampas hak orang yang melintasi perjalanan itu. Saya pun berhenti dan duduk, di mana tempat itu pula saya gariskan tanahnya mengelilingiku dan saya duduk di tengah-tengahnya membaca Ratib ini. Dengan kuasa Alloh mereka telah berlalu di hadapanku seperti orang yang tidak menampakku, sedang aku memandang mereka.” Begitu juga pernah berlaku semacam itu kepada seorang alim yang mulia, namanya Hasan bin Harun ketika dia keluar bersama-sama teman-temannya dari negerinya di sudut Oman menuju ke Hadhramaut. Di perjalanan mereka dibajak oleh gerombolan perompak, maka dia menyuruh orang-orang yang bersama-samanya membaca Ratib ini. Alhamdulillah, gerombolan perompak itu tidak mengapa-apakan siapapun, malah mereka berlalu dengan tidak mengganggu.

Apa yang diberitakan oleh seorang Arif Billah Abdul Wahid bin Subait Az-Zarafi, katanya: Ada seorang penguasa yang ganas yang dikenal dengan nama Tahmas yang juga dikenal dengan nama Nadir Syah. Tahmas ini adalah seorang penguasa ajam yang telah menguasai banyak dari negeri-negeri di sekitarannya. Dia telah menyediakan tentaranya untuk memerangi negeri Aughan. Sultan Aughan yang bernama Sulaiman mengutus orang kepada Imam Habib Abdullah Haddad memberitahunya, bahwa Tahmas sedang menyiapkan tentera untuk menyerangnya. Maka Habib Abdullah Haddad mengirim Ratib ini dan menyuruh Sultan Sulaiman dan rakyatnya membacanya. Sultan Sulaiman pun mengamalkan bacaan Ratib ini dan memerintahkan tenteranya dan sekalian rakyatnya untuk membaca Ratib i ini dengan bertitah: “Kita tidak akan dapat dikuasai Tahmas kerana kita ada benteng yang kuat, iaitu Ratib Haddad ini.” Benarlah apa yang dikatakan Sultan Sulaiman itu, bahwa negerinya terlepas dari penyerangan Tahmas dan terselamat dari angkara penguasa yang ganas itu dengan sebab berkat Ratib Haddad ini.

Saudara penulis Syarah Ratib Al-Haddad ini yang bernama Abdullah bin Ahmad juga pernah mengalami peristiwa yang sama, yaitu ketika dia berangkat dari negeri Syiher menuju ke bandar Syugrah dengan kapal, tiba-tiba angin macet tiada bertiup lagi, lalu kapal itu pun terkandas tidak bergerak lagi. Agak lama kami menunggu namun tidak berhasil juga. Maka saya mengajak rekan-rekan membaca Ratib ini , maka tidak berapa lama datang angin membawa kapal kami ke tujuannya dengan selamat dengan berkah membaca Ratib ini.

Suatu pengalaman lagi dari Sayyid Awadh Barakat Asy-Syathiri Ba’alawi ketika dia belayar dengan kapal, lalu kapal itu telah tersesat jalan sehingga membawanya terkandas di pinggir sebuah batu karang. Ketika itu angin juga macet tidak dapat menggerakkan kapal itu keluar dari bahayanya. Kami sekalian merasa bimbang, lalu kami membaca Ratib ini dengan niat Alloh akan menyelamatkan kami. Maka dengan kuasa Alloh SWT datanglah angin dan menarik kami keluar dari tempat itu menuju ke tempat tujuan kami. Maka kerana itu saya amalkan membaca Ratib ini. Pada suatu malam saya tertidur sebelum membacanya, lalu saya bermimpi Habib Abdullah Haddad datang mengingatkanku supaya membaca Ratib ini, dan saya pun tersadar dari tidur dan terus membaca Ratib Haddad itu.

Di antaranya lagi apa yang diceritakan oleh Syeikh Allamah Sufi murid Ahmad Asy-Syajjar, iaitu Muhammad bin Rumi Al-Hijazi, dia berkata: “Saya bermimpi seolah-olah saya berada di hadapan Habib Abdullah Haddad, penyusun Ratib ini. Tiba-tiba datang seorang lelaki memohon sesuatu daripada Habib Abdullah Haddad, maka dia telah memberiku semacam rantai dan sayapun memberikannya kepada orang itu. Pada hari besoknya, datang kepadaku seorang lelaki dan meminta daripadaku ijazah (kebenaran guru) untuk membaca Ratib Haddad ini, sebagaimana yang diijazahkan kepadaku oleh guruku Ahmad Asy-Syajjar. Aku pun memberitahu orang itu tentang mimpiku semalam, yakni ketika saya berada di majlis Habib Abdullah Haddad, lalu ada seorang yang datang kepadanya. Kalau begitu, kataku, engkaulah orang itu.” Dari kebiasaan Syeikh Al-Hijazi ini, dia selalu membaca Ratib Haddad ketika saat ketakutan baik di siang hari mahupun malamnya, dan memang jika dapat dibaca pada kedua-dua masa itulah yang paling utama, sebagaimana yang dipesan oleh penyusun Ratib ini sendiri. Ada seorang dari kota Quds (Syam) sesudah dihayatinya sendiri tentang banyak kelebihan membaca Ratib ini, dia lalu membuat suatu ruang di sudut rumahnya yang dinamakan Tempat Baca Ratib, di mana dikumpulkan orang untuk mengamalkan bacaan Ratib ini di situ pada waktu siang dan malam.

Di antaranya lagi, apa yang diberitakan oleh Sayyid Ali bin Hassan, penduduk Mirbath, katanya: “Sekali peristiwa aku tertidur sebelum aku membaca Ratib, aku lalu bermimpi datang kepadaku seorang Malaikat mengatakan kepadaku: “Setiap malam kami para Malaikat berkhidmat buatmu begini dan begitu dari bermacam-macam kebaikan, tetapi pada malam ini kami tidak membuat apa-apa pun karena engkau tidak membaca Ratib. Aku terus terjaga dari tidur lalu membaca Ratib Haddad itu dengan serta-merta.

Setengah kaum Sayyid bercerita tentang pengalamannya: “Jika aku tertidur ketika aku membaca Ratib sebelum aku menghabiskan bacaannya, aku bermimpi melihat berbagai-bagai hal yang mengherankan, tetapi jika sudah menghabiskan bacaannya, tidak bermimpi apa-apa pun.”

Di antara yang diberitakan lagi, bahawa seorang pecinta kaum Sayyid, Muhammad bin Ibrahim bin Muhammad Mughairiban yang tinggal di negeri Shai’ar, dia bercerita: “Dari adat kebiasaan Sidi Habib Zainul Abidin bin Ali bin Sidi Abdullah Haddad yang selalu aku berkhidmat kepadanya tidak pernah sekalipun meninggalkan bacaan Ratib ini. Tiba-tiba suatu malam kami tertidur pada awal waktu Isya', kami tidak membaca Ratib dan tidak bersembahyang Isya', semua orang termasuk Sidi Habib Zainul Abidin. Kami tidak sedarkan diri melainkan di waktu pagi, di mana kami dapati sebagian rumah kami terbakar.
Kini tahulah kami bahwa semua itu berlaku karena tidak membaca Ratib ini. Sebab itu kemudian kami tidak pernah meninggalkan bacaannya lagi, dan apabila sudah membacanya kami merasa tenteram, tiada sesuatupun yang akan membahayakan kami, dan kami tidak bimbang lagi terhadap rumah kami, meskipun ia terbuat dari dedaunan korma, dan bila kami tidak membacanya, hati kami tidak tenteram dan selalu kebimbangan.”


Berkata Habib Alwi bin Ahmad, penulis Syarah Ratib Al-Haddad: “Siapa yang melarang orang membaca Ratib ini dan juga wirid-wirid para salihin, niscaya dia akan ditimpa bencana yang berat daripada Allah Ta’ala, dan hal ini pernah berlaku dan bukan omong-omong kosong.” Berkata Sidi Habib Muhammad bin Zain bin Semait Ba’alawi di dalam kitabnya Ghayatul Qasd Wal Murad: Telah berkata Saiyidina Habib Abdullah Haddad: “Siapa yang menentang atau membangkang orang yang membaca Ratib kami ini dengan secara terang-terangan atau disembunyikan pembangkangannya itu akan mendapat bencana seperti yang ditimpa ke atas orang-orang yang membelakangi zikir dan wirid atau yang lalai hati mereka dari berzikir kepada Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman: “Dan barangsiapa yang berpaling dari mengingatiKu, maka baginya akan ditakdirkan hidup yang sempit.” ( Thaha: 124 ) Allah berfirman lagi: “Dan barangsiapa yang berpaling dari mengingati Tuhan Pemurah, Kami balakan baginya syaitan yang diambilnya menjadi teman.”
( Az-Zukhruf: 36 ) Allah berfirman lagi: “Dan barangsiapa yang berpaling dari mengingat Tuhannya, Kami akan menurukannya kepada siksa yang menyesakkan nafas.” ( Al-Jin: 17)

(1) Dipetik dari: Syarah Ratib Haddad: Analisa Dan Komentar - karangan Syed Ahmad Semait, terbitan Pustaka Nasional Pte. Ltd.

الراتب الشهير
للحبيب عبد الله بن علوي الحداد
Ratib Al Haddad
Moga-moga Allah merahmatinya [Rahimahu Allahu Ta’ala]
يقول القارئ: الفَاتِحَة إِلَى حَضْرَةِ سَيِّدِنَا وَشَفِيعِنَا وَنَبِيِّنَا وَمَوْلانَا مُحَمَّد صلى الله عليه وسلم - الفاتحة-

1. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. اَلرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ. ماَلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ إِيِّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ. اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ. صِرَاطَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّآلِّيْنَ. آمِيْنِ
2. اَللهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ لاَ تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلاَ نَوْمٌ لَهُ مَا فِي السَّموَاتِ وَمَا فِي الأَرْضِ مَنْ ذَا الَّذِيْ يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيْهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلاَ يُحِيْطُوْنَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلاَّ بِمَا شَآءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ وَلاَ يَؤُدُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ العَلِيُّ العَظِيْمُ.

3. آمَنَ الرَّسُوْلُ بِمَآ أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّه وَالْمُؤْمِنُوْنَ كُلٌّ آمَنَ بِاللهِ وَمَلآئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لاَ نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ وَقَالُوا سَمِعْناَ وَأَطَعْناَ غُفْراَنَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيْرُ
.
4. لاََ يُكَلِّفُ اللهُ نَفْسًا إِلاَّ وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَآ إِنْ نَسِيْنَآ أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنآ أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْناَ عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.

5 لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِي وَيُمِيْتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ. (X3)

6. سٌبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اْللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ. (X3)
7.سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ سُبْحاَنَ اللهِ الْعَظِيْمِ. (X3)

8. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ. (X3)
9.اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ. ( X3)
10. أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّآمَّاتِ مِنْ شَرِّمَا خَلَقَ. (X3)
11. بِسْـمِ اللهِ الَّذِي لاَ يَضُـرُّ مَعَ اسْـمِهِ شَيْءٌ فِي الأَرْضِ وَلاَ فِي الْسَّمَـآءِ وَهُوَ الْسَّمِيْـعُ الْعَلِيْـمُ. (X3)
12. رَضِيْنَـا بِاللهِ رَبًّا وَبِالإِسْـلاَمِ دِيْنـًا وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيّـًا. (X3)
13. بِسْمِ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَالْخَيْرُ وَالشَّـرُّ بِمَشِيْئَـةِ اللهِ. (X3)
14. آمَنَّا بِاللهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ تُبْناَ إِلَى اللهِ باَطِناً وَظَاهِرًا. (X3)
15. يَا رَبَّنَا وَاعْفُ عَنَّا وَامْحُ الَّذِيْ كَانَ مِنَّا. (X3)

16. ياَ ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْراَمِ أَمِتْناَ عَلَى دِيْنِ الإِسْلاَمِ. (X7)
17. ياَ قَوِيُّ ياَ مَتِيْـنُ إَكْفِ شَرَّ الظَّالِمِيْـنَ. (X3)
18. أَصْلَحَ اللهُ أُمُوْرَ الْمُسْلِمِيْنَ صَرَفَ اللهُ شَرَّ الْمُؤْذِيْنَ. (X3)
19. يـَا عَلِيُّ يـَا كَبِيْرُ يـَا عَلِيْمُ يـَا قَدِيْرُ
يـَا سَمِيعُ يـَا بَصِيْرُ يـَا لَطِيْفُ يـَا خَبِيْرُ. (X3)
20. ياَ فَارِجَ الهَمِّ يَا كَاشِفَ الغَّمِّ يَا مَنْ لِعَبْدِهِ يَغْفِرُ وَيَرْحَمُ. (X3)

21. أَسْتَغْفِرُ اللهَ رَبَّ الْبَرَايَا أَسْتَغْفِرُ اللهَ مِنَ الْخَطَاياَ.(X4)
22. لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ. (X50)

23. مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّفَ وَكَرَّمَ وَمَجَّدَ وَعَظَّمَ وَرَضِيَ اللهُ تَعاَلَى عَنْ آلِ وَأَصْحَابِ رَسُوْلِ اللهِ أَجْمَعِيْنَ، وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ بِإِحْسَانٍ مِنْ يَوْمِنَا هَذَا إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَعَلَيْناَ مَعَهُمْ وَفِيْهِمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
24. بِسْم اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ.
قُلْ هُوَ اللهُ أَحَـدٌ. اَللهُ الصَّمَـدُ. لَمْ يَلِـدْ وَلَمْ يٌوْلَـدْ. وَلَمْ يَكُـنْ لَهُ كُفُـوًا أَحَـدٌ. (3X3)
25. بِسْم اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ، مِنْ شَرِّ ماَ خَلَقَ، وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ، وَمِنْ شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ، وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَد

26. بِسْم اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِ، مَلِكِ النَّاسِ، إِلَهِ النَّاسِ، مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ، اَلَّذِيْ يُوَسْوِسُ فِي صُدُوْرِ النَّاسِ، مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ.
27. اَلْفَاتِحَةَ
إِلَى رُوحِ سَيِّدِنَا الْفَقِيْهِ الْمُقَدَّمِ مُحَمَّد بِن عَلِيّ باَ عَلَوِي وَأُصُولِهِمْ وَفُرُوعِهِمْ وَكفَّةِ سَادَاتِنَا آلِ أَبِي عَلَوِي أَنَّ اللهَ يُعْلِي دَرَجَاتِهِمْ فِي الْجَنَّةِ وَيَنْفَعُنَا بِهِمْ وَبِأَسْرَارِهِمْ وَأَنْوَارِ هِمْ فِي الدِّيْنِ وَالدُّنْياَ وَالآخِرَةِ.
28. اَلْفَاتِحَةَ
إِلَى أَرْوَاحِ ساَدَاتِنَا الصُّوْفِيَّةِ أَيْنَمَا كَانُوا فِي مَشَارِقِ الأَرْضِ وَمَغَارِبِهَا وَحَلَّتْ أَرْوَاحُهُمْ - أَنَّ اللهَ يُعْلِي دَرَجَاتِهِمْ فِي الْجَنَّةِ وَيَنْفَعُنَا بِهِمْ وَبِعُلُومِهِمْ وَبِأَسْرَارِهِمْ وَأَنْوَارِ هِمْ، وَيُلْحِقُنَا بِهِمْ فِي خَيْرٍ وَعَافِيَةٍ.

29. اَلْفَاتِحَةَ
إِلَى رُوْحِ صاَحِبِ الرَّاتِبِ قُطْبِ الإِرْشَادِ وَغَوْثِ الْعِبَادِ وَالْبِلاَدِ الْحَبِيْبِ عَبْدِ اللهِ بِنْ عَلَوِي الْحَدَّاد وَأُصُوْلِهِ وَفُرُوْعِهِ أَنَّ اللهَ يُعْلِي دَرَجَاتِهِمْ فِي الْجَنَّة وَيَنْفَعُنَا بِهِمْ وَأَسْرَارِهِمْ وَأَنْوَارِهِمْ بَرَكَاتِهِمْ فِي الدِّيْنِ وَالدُّنْياَ وَالآخِرَةِ.
30. اَلْفَاتِحَة
إِلَى كَافَّةِ عِبَادِ اللهِ الصّالِحِينَ وَالْوَالِدِيْنِ وَجَمِيْعِ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ أَنْ اللهَ يَغْفِرُ لَهُمْ وَيَرْحَمُهُمْ وَيَنْفَعُنَا بَأَسْرَارِهِمْ وبَرَكَاتِهِمْ
31. (ويدعو القارئ):
اَلْحَمْدُ اللهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ حَمْدًا يُوَافِي نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَه، اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وأَهْلِ بَيْتِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ بِحَقِّ الْفَتِحَةِ الْمُعَظَّمَةِ وَالسَّبْعِ الْمَثَانِيْ أَنْ تَفْتَحْ لَنَا بِكُلِّ خَيْر، وَأَنْ تَتَفَضَّلَ عَلَيْنَا بِكُلِّ خَيْر، وَأَنْ تَجْعَلْنَا مِنْ أَهْلِ الْخَيْر، وَأَنْ تُعَامِلُنَا يَا مَوْلاَنَا مُعَامَلَتَكَ لأَهْلِ الْخَيْر، وَأَنْ تَحْفَظَنَا فِي أَدْيَانِنَا وَأَنْفُسِنَا وَأَوْلاَدِنَا وَأَصْحَابِنَا وَأَحْبَابِنَا مِنْ كُلِّ مِحْنَةٍ وَبُؤْسٍ وَضِيْر إِنَّكَ وَلِيٌّ كُلِّ خَيْر وَمُتَفَضَّلٌ بِكُلِّ خَيْر وَمُعْطٍ لِكُلِّ خَيْر يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْن.
32. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْـأَلُكَ رِضَـاكَ وَالْجَنَّـةَ وَنَـعُوْذُ بِكَ مِنْ سَـخَطِكَ وَالنَّـارِ. (X3)

Syaikhu wa Mursyid Al Habib Rais Ridjaly bin Hasjim Bin Thahir Ar Baabul Qabdli


Habîb Raîs diahirkan hari Kamis, 11 Agustus 1960, pukul 15.30 WIT, di Daerah Batu Merah, Ambon Maluku, Indonesia. Masa pendidikan formalnya dilalui sejak 1964–1987.

Semasa kecil selalu membaca buku–buku yang membahas tentang Filsafat. Sehingga pada usia 7 tahun, Habîb Raîs telah membaca buku filsafat, “Alam Pikiran Yunani“, sebanyak 20 jilid, dan pada usia tersebut, Habîb Raîs diberikan pendidikan oleh orang tuanya sendiri melalui metode ceritera tentang Abû Nawâs (Mansyûr bin Mu h ammad) yang hidup pada jaman Sulthân Hârûn al-Rasyîd, di Bagdad. Habîb Raîs, pada masa itu, telah menghafal ± 100 judul ceritera tentang kecerdikan Abu Nawas tersebut.

Pada usia 14 tahun (1974), Habîb Raîs dibimbing secara ruhani dengan bentuk yang masih sederhana oleh orang tuanya sendiri. Dan orang tuanya, sekarang, mendirikan tharîqat yang disebut “Tharîqat Taufîqiyyah An-Nûriyyah“ atau beliau istilahkan juga dengan “Tharîqat Ahlûl Bait” yang bersumber pada keilmuan tentang Hakikat dan Ma’rifatullah.Pada usia 17 tahun (1977), Habîb Raîs diberikan suatu pemahaman tentang pohon keyakinan agama oleh orang tuanya sendiri, yang akrab dipanggil Abah. Kata orang tuanya; “ Sekalipun kepalamu putus, keyakinan ini tidak boleh engkau lepaskan karena inilah kebenaran yang hakiki itu “.

Tahun 1980, Habîb Raîs menyelesaikan pendidikan lanjutan atas di kota Sorong, Irian Jaya. Dan tahun 1982 mengambil perkuliahan di Universitas Kristen Indonesia (UKI), Fakultas Hukum Perdata. Perkuliahan dapat diselesaikan pada tahun 1987, non Skripsi serta tanpa Wisuda Keserjanaan, dengan alasan bahwa biarlah para teman-temannya mengambil Wisuda dan Ijazah keserjanaan, tapi beliau akan menghambil Wisuda dan Ijazah SIR-JANNAH (Rahasia Sorga), dan bukan Sarjana.

Akhirnya, terbukti, pada saat teman sekuliahnya sedang mengusahakan pemutihan atas keterlambatan pelajaran mereka pada Universitas, karena terjadi peralihan sistim pendidikan dari sistim Paket kepada sistim SKS, Habîb Raîs pun pada masa itu menerima Khirqah dari WaliyulLâh Syekh Yûsuf Tuanta Salamaka Tâjul Khalwati Abû Al-Ma h âsin Al-Maqâsari r.a. yang hadir bersama Tuanta Imam Lapeo dan Tuanta Masakilang Karaeng Bogo sebagai saksi. Kata Syekh Yûsuf Tuanta Salamaka; Pemberian ini atas ijin dan perintah dari Tuan kami, Syekh ´Abdul Qâdir Al-Jailâni yang tinggal di Bagdad“.

Inilah yang disebut SIR-JANNAH (Rahasia Surga) dan bukan SARJANAH (sepotong kertas yang tidak menjamin keselamatan dunia maupun akhirat). Selain Gurunya Tuanta Salamaka Syekh Yûsuf, Habîb Raîs juga belajar pada guru-guru yang hidup dimasanya sekaraag yaitu:

Sekilas Tentang Guru-gurunya 
Banyak sekali para guru yang ditemuinya, tapi ada beberapa guru saja yang Habîb Raîs berbaiat kepada mereka untuk menjadi murid mereka dalam hal keilmuan tentang Haqîqatul Insân dan Ma´rifatulLâah beserta segala ilmu pemahamannya yang terkait erat dalam rangka pengenalan yang dimaksud;
  1. Habîb Hâsjim bin Husein bin ´Ali bin ´Abdurrahmân bin ´Abdullâh (Shâ h ibul Masilah Hadralmaut ) bin Husein Bin Thâhir (Maulâ Bin Thâhir).
  2. Tuan Syekh Musthafâ bin Syekh Mu h yidîn (1967–1992).
  3. Habîb Muhammad bin ´Abdullah bin ‘Umar Al-Idrûs Tanjung Batu Merah, Ambon, Maluku, Indonesia. (Kakek Ibunya Syarîfah Thalhah binti ´Abdullâh bin Muhammad bin ‘Umar Al-Idrûs).
  4. Tuan Syekh Yusuf yang bergelar Tuanta Salamaka Tâjul Khalwâti Abû Al-Mahâsin Al-Maqasari (1987–1991).
  5. Tuan Imam Lapeo asal dari Poliwali Mamasa (Polmas), Sulawesi Selatan (1987–1992).
  6. Habîb Muhammad Al-Gadri, yang dikenal dengan sebutan Habîb Marunda (1993–masih sampai sekarang tahun 2003).
  7. Beberapa Guru asal Jawa Timur yang sangat dalam ilmu kebatinannya (1995).
  8. Beberapa Guru asal Jawa Tengah yang sangat dalam Ilmunya tentang pengenalan akan Hakikat dan Ma’rifatullâh (1995).
  9. Seorang guru dari Beas India yang sangat Masyhur namanya di kalangan Lintas Agama seluruh Dunia, yaitu Hazur Maharaj Charan Sing Ji (1983–1985).
  10. Syekh Hârûn al-Rasyîd yang akrab dipanggil dengan nama Syekh Faye dari Sinegal (awal 2003–sekarang ini).

1. Habîb Hâsjim Bin Husein Bin Thâhir; 
Orang Tuanya sendiri, yang menguasai perbendaharaan Ilmu Hakikat dan Ma’rifatullâh yang tuntas secara keilmuan, menguasai Ilmu peralihan bahasa Arab kepada bahasa Indonesia, dan beliau adalah salah satu manusia yang selama hidupnya mencatat setiap mimpinya tanpa terlewati seharipun, lengkap dengan hari, tanggal, jam dan detik. Mimpi-mimpinya itu ialah tentang pengkabaran pemahaman Ilmu Hakikat dan Ma’rifatullâh, serta segala kejadian yang belum terjadi di negara Indonesia maupun diseluruh dunia. Sebagai contoh, beliau bermimpi bahwa: Amerika akan dikejutkan oleh suatu ledakan yang sangat dahsyat sekali . Setelah sekian puluh tahun, ternyata, terjadilah kejadian 11 September 2001. Dan dalam jarak 20 tahun, sebelum kejadian, beliau bermimpi tentang Amin Rais , bahwa Pimpinan Muhammaddiyah pusat bernamanya Ikrâman Mahbûb , 5 tahun kemudian beliau bermimpi lagi bahwa yang disebut Ikrâman Mahbûb adalah Amin Rais, yang waktu itu masih bersekolah di Luar Negeri. Ternyata beberapa tahun kemudian Amin Rais menjadi Pimpinan Muhammadiyah Pusat, dan kemudian menjadi Ketua MPR. Inilah Jabatan yang termulia di negeri ini ( Ikrâman Ma h bûb = yang mulia lagi dicintai) ternyata mimpinya itu, sangat tepat kejadiannya beliau telah diberitahukan lebih dahulu lewat mimpi-mimpinya.
Habîb Hâsjim diangkat langsung sebagai murid oleh Syekh ´Abdul Qâdir Al-Jailâni r.a. pada tahun 1967 di Desa Waras-waras, Seram Timur, Maluku, Indonesia. Kehadiran Tuan Syekh ´Abdul Qâdir Al-Jailâni r.a sangat mengagumkan sekali, dengan pengawalan yang cukup ketat dari kalangan bangsa Ruhani dan bangsa Jin Islam yang ta’at pada perintah AlLah SWT. Kebenaran kehadirannya, sudah barang tentu, dengan segala tanda-tanda yang dapat dipercaya tentang kebenaran kehadiran tersebut. Dari sinilah, Habîb Hâsjim dibimbing secara terus menerus selama 26 tahun (1967– 1993). Semua perintah Syekh ´Abdul Qâdir Al-Jailâni r.a, yang datang secara ruhani, dicatat dengan terperinci. Begitu juga, segala isi pembicaraan para Ruhani dengannya, tidak luput ditulisnya. Hal ini bertujuan, untuk kemudian hari, dijadikan pelajaran bagi anak-anaknya serta orang lain tentunya.

2. Habîb Muhammad bin ´Abdullâh bin ‘Umar Al-Idrûs;
Seorang WaliyulLâh yang sangat besar kemuliaannya dimasa kehidupannya. Habîb Muhammad ialah seorang pejuang kemerdekaan dalam menentang kaum penjajah, Belanda. Belanda mengasingkan Habîb Muhammad dari kota Semarang ke pulau Kupang, di sanalah Habîb Muhammad menikah. Dan saat istrinya sedang hamil, Habîb Muhammad diasingkan lagi ke Ambon. Habîb Muhammad menamakan anaknya dalam kandungan istrinya yang ditinggalkan di Timor, Kupang, dengan nama Abdul Rahmân. S telah Habîb Muhammad tiba di kota Ambon, kampung Batu Merah, maka beliau mendapatkan sebuah gundukan tanah di bawah tempat tidurnya. Beliau pun mengatakan, inilah anaknya yang bernama Habîb ´Abdul Rahmân telah lahir di Timor, Kupang, dan AlLâh SWT telah mengembalikannya langsung keharibaan-Nya.
Kemudian, gundukan tanah tersebut dipindahkan ke atas bukit. Menjadilah ia suatu Makam, yang pada masa itu mengeluarkan cahaya terang pada setiap malam Jum’atnya, dan akhirnya oleh masyarakat dikenal dengan nama Karamat Tanjung Batu Merah Ambon.
Habîb Muhammad setiap harinya menyusun perlawanan terhadap Penjajah Belanda di Kota ambon, maka beliau diasingkan ke Solo, Jawa Tengah. Di sana beliau kembali kepada keharibaan-Nya, AlLâh SWT. Saat dikuburkan dan setelah ditutup tanahnya, dan saat hendak disiramkan air di atas kubunya, ternyata kuburannya telah lenyap tanpa meninggalkan bekas sedikitpun, sementara tempat bekas galian itu menjadi seperti sebelum digalikan kuburannya. Semoga AlLâh senantiasa memberi rahmat yang besar kepada beliau khususnya. Amin yâ rabbal ‘Âlamîn.

3. Tuan Syekh Musthafâ bin Syekh Muhyiddîn ;
Berasal dari bangsa Ruhâni yang sangat besar kekuasaannya. Syekh Musthafâ telah datang kepada kedua orang tua Habîb Raîs, tahun 1967, di bawah perintah AlLah SWT. serta di bawah pengawasan Syekh ´Abdul Qâdir Al-Jailâni r.a beserta pendamping–pendampingnya yang lain, di antaranya Tuan Syekh ‘Ali, Tuan Syekh Shaleh dan sebagainya.
Mereka semua datang untuk membimbing kedua orang tua Habib Rais serta semua anak-anaknya, termasuk Habîb Raîs sendiri untuk tetap selalu berada dalam kebaikan AlLâh SWT. dan barakat para wali-Nya. Jadi, sejak Habîb Raîs berusia 6 tahun sudah berada dalam suasana keakraban dengan para wali AlLâh dan para ruhani–ruhani-Nya. Dan tahun 1992, Tuan Syekh Musthafâ serta para pendampingnya mengatakan, bahwa misi mereka dari AlLâh SWT. untuk pertama ini telah selesai. Maka, kami nanti akan kembali semuanya kepada H abib Rais. Kami datang dari tahun 1967 dan sampai akan kami kembali kepada Habîb Rais. Ini semua adalah karena Barakat yang senantiasa mengalir dari kemuliaannya Habib Muhammad bin ´Abdullah bin ´Umar Al-Idrûs karamat Tanjung Batu Merah Ambon ). Secara kebetulan, saat kalimat perpisahan dari para Ruhani ini kepada orang tua Habîb Raîs ( Habîb Hâsjim), Habîb Raîs berada bersama kedua orang tuanya (mudah-mudahan AlLâh SWT mengembalikan bangsa Ruhani itu kepada Habib Rais dengan misi yang lebih baik dan berguna kepada kita semuanya khususnya, dan kepada kemanusiaan pada umumnya. Amin yâ rabbal ´Âlamîn ).

4. Tuan Syekh Yûsuf Tuanta Salamaka;
Pimpinan para wali di wilayah Sulawesi Selatan, yang dikenal dengan istilah Wali Pitu (wali tujuh). Beliau telah hadir dalam suatu “Nûr” yang sangat cemerlang sekali, dan beliau mengatakan, kehadirannya ini di bawah perintah AlLâh SWT dan di bawah pengawasan Tuan Syekh ´Abdul Qâdir Al-Jailâni r.a . Hal khusus yang diajarkannya yaitu mengenai “ Bagaimanakah seseorang bisa dapat berhubungan dan meminta langsung kepada AlLâh SWT ”. Selama ini mayoritas orang menyangka, mereka telah dapat berhubungan dan meminta langsung kepada AlLâh SWT. dengan hanya mengatakan “ Ya AlLâh saya begini dan begitu ….’ , mereka menyangka dengan hanya mulutnya menyebut kata AlLâh SWT, maka itu berarti sudah meminta langsung kepada AlLâh SWT. Semua ini harus dengan pengetahuan dan keilmuan serta i´itikad yang kuat sebagaimana para Wali-Nya telah diperbuat. Maka beliaupun dengan ijin AlLâh SWT. dan dengan pengawasan yang ketat dari Tuan Syekh ´Abdul Qâdir Al-Jailâni r.a, beliau memberikan pengajaran tersebut kepada Habîb Raîs, selama 9 bulan. Habîb Raîs mengikuti—dari hari ke hari—pengajaran tersebut, dan dengan kecerdikannya maka beliau dapat menangkap semua pengajaran tersebut.

5. Tuan Imam Lapeo r.a;
Dengan ijin AlLâh SWT. dan di bawah pengawasan Tuan Syekh Yûsuf Tuanta Salamaka r.a, beliau mengajarkan kepada Habîb Raîs beberapa Ilmu Hikmah; penggunaannya menyangkut HURUF atau dengan kata lain ilmu tersebut dinamakan Asrâru’l Hurûf , dan beliau bersama Tuan Syekh Yûsuf Tuanta Salamak r.a berjanji kepada Habîb Raîs, bahwa mereka akan kembali kepada Habîb Raîs saat umurnya sudah bertambah (saat itu Habîb Raîs berumur 27 tahun). Mungkin maksudnya kalau sudah lebih matang dalam keilmuan tentang ketuhanan.

6. Habîb Muhammad Al-Gadri;
Beliau dikenal dengan sebutan Habîb Marunda. Kalau ada orang yang menanyakan namanya, maka dengan cepat beliau menjawab“ nama saya habib gila “. Habîb Marunda membangun Padepokan di Marunda. Majelisnya diadakan setiap malam Jum’at; Dzikir yang dibacakan mulai jam 00.00 tengah malam sampai dengan selesai lebih kurang 3 jam 03.00. Habîb Marunda telah memantapkan keyakinan Habîb Raîs tentang ilmu dan keilmuan yang ada pada diri Habîb Raîs itu sendiri, dengan diangkatnya Habîb Raîs menjadi anaknya (dibai´atnya pada tahun 1993). Habîb Marunda, seorang yang sangat teguh dalam prinsipnya, kalimat-kalimatnya tidak pernah memperlihatkan ada kekhawatiran pada hati beliau-beliau. Bersama Habîb Marunda, Habîb Raîs telah dibawa keberbagai daerah untuk mengunjungi tempat–tempat yang baik dan mulia. Dan bersama beliau pula, Habib Rais mendapat banyak pengalaman batin yang sangat besar dan baik. Mudah-mudahan AlLâh SWT dan para wali-Nya memberkati beliau selalu. Amin ya Rabbal Alamiin.

7. Guru–guru dari Jawa Timur;
Mereka mengajarkan kepada Habîb Raîs tentang hal pandangan batin ataupun tentang penampakan makhluk halus yang selama ini menjadi gaib bagi kebanyakan orang awam. Dari ilmu yang diajarkan itu, banyak hal yang gaib dapat dilihat secara kasat mata.

8. Guru–guru dari Jawa Tengah;
Mereka mengajarkan kepada Habîb Raîs, ilmu yang telah didudukan lebih dahulu dasarnya oleh Abahnya sendiri, Habîb Hâsjim Bin Thâhir, yaitu tentang Ilmu Tiga . Barangsiapa tidak menguasainya secara benar dan mendalam sampai tuntas pendapatannya, maka ia akan hidup sia–sia di dunia maupun di akhirat kelak; Ilmu Takbîratul Ihrâm (Ilmu Shalat) – Ilmu Nisâi (Ilmu Perkawinan) – Ilmu Sakarâtul Maut (Ilmu untuk kembali hidup setelah mati ).

9. Hazur Maharaj Charan Sing Ji;
Seorang guru besar dari Beas India. Maharaj mengajarkan suatu metode untuk mendengar suara di dalam diri setiap orang. Pengajarannya lebih menekanan pada Dzikir Lima Nama Suci (Kontempelasi). Habîb Raîs mengambil inisiasi kepadanya dalam rangka mendapatkan sebuah perbandingan Agama atau Keilmuan dari para Guru yang dipandang masyhur oleh minimal murid-muridnya, apalagi oleh manusia diberbagai negara di dunia ini.
Pengambilan guru tersebut oleh Habîb Raîs pada tahun 1983, dan setelah 3 bulan mengikuti ceramahnya, Habîb Raîs diterima untuk diinisiasi pada tahun 1983 itu juga. (Ini adalah sesuatu di luar kebiasaan yang terjadi di kalangan majelis ini. Karena seseorang yang dapat diterima untuk diinisiasi oleh Guru yang dipanggil dengan sebutan Sat Guru itu, adalah minimal yang sudah mengikuti semua disiplin dalam majelis ini selama 2 tahun. Disiplin itu di antaranya, harus senantiasa mengikuti ceramahnya yang disebut Satsang, harus vegetarian (makan yang tidak bernyawa) selama 2 tahun dan minimal sudah membaca sekian judul buku-bukunya, barulah boleh mengajukan Surat Permohonan untuk diinisiasi kepada Sat Guru. Perkara diterima atau tidak diterima semuanya tergantung dari penilaian Sat Guru itu sendiri).
Tapi untuk Habîb Raîs yang baru 4 bulan mengikuti Ceramah/ Satsangnya, telah dapat diterima untuk diinisiasi. Bahkan dari sekian ribu orang yang mengajukan permohonan untuk diinisasi saat itu, ternyata yang diterima saat itu, adalah hanya 33 orang, dan bahkan nama Habib Rais lah yang tertulis pada urutan yang pertama (teratas). Pada keilmuan di majelis ini, setiap orang yang diinisiasi menjadi Murid (atsangi), maka ia diberi Lima Nama Suci yang harus diulang-ulang (Dzikirkan) dalam setiap harinya dalam Simran (kontempelasi) dan Bayan (Mendengarkan suara).

10. Syekh Harûn al-Rasyîd (Syekh Faye);
Beliau adalah seorang Mursyid Tharîqat Murîdiyyah–Musthafâwiyyah, dan beberapa tharîqat lainnya. Syekh Faye sangat masyhur di daerah Afrika. Syekh Faye mempunyai banyak murid di Sinegal, asal daerah kelahirannya, serta di Amerika dan sebagainya. Habîb Raîs berbaiat kepada Syekh Faye pada awal tahun 2003. Atas bimbingan Syekh Faye, Habib Rais telah melakukan khalwat selama 5 hari di gunung Salak, Bogor, Jawa Barat, dan mendapatkan Natijahnya dengan sangat baik. Kemudian Syekh Faye melanjutkan beberapa pelajaran yang sangat besar nilainya kepada Habîb Raîs. Mudah-mudahan AlLâh SWT. senantiasa memberikan perlindungan dan barakat selalu kepada beliau dan keluarga serta semua pengikutnya di dunia sampai yaumil ma’syar. amin ya rabbal alamiin .

Kamis, 29 November 2012

Cerita Karomah Habib Munzir Al Musawwa

Saudaraku yg kumuliakan,
saya adalah seorang anak yg sangat dimanja oleh ayah saya, ayah saya selalu memanjakan saya lebih dari anaknya yg lain, namun dimasa baligh, justru saya yg putus sekolah, semua kakak saya wisuda, ayah bunda saya bangga pada mereka, dan kecewa pada saya, karena saya malas sekolah, saya lebih senang hadir majelis maulid Almarhum Al Arif billah Alhabib Umar bin Hud Alalttas, dan Majelis taklim kamis sore di empang bogor, masa itu yg mengajar adalah Al Marhum Al Allamah Alhabib Husein bin Abdullah bin Muhsin Alattas dg kajian Fathul Baari.

sisa hari hari saya adalah bershalawat 1000 siang 1000 malam, zikir beribu kali, dan puasa nabi daud as, dan shalat malam berjam jam, saya pengangguran, dan sangat membuat ayah bunda malu.

ayah saya 10 tahun belajar dan tinggal di Makkah, guru beliau adalah Almarhum Al Allamah Alhabib Alwi Al Malikiy, ayah dari Al Marhum Al Allamah Assayyid Muhammad bin Alwi Al Malikiy, ayah saya juga sekolah di Amerika serikat, dan mengambil gelar sarjana di New york university.

almarhum ayah sangat malu, beliau mumpuni dalam agama dan mumpuni dalam kesuksesan dunia, beliau berkata pada saya : kau ini mau jadi apa?, jika mau agama maka belajarlah dan tuntutlah ilmu sampai keluar negeri, jika ingin mendalami ilmu dunia maka tuntutlah sampai keluar negeri, namun saranku tuntutlah ilmu agama, aku sudah mendalami keduanya, dan aku tak menemukan keberuntungan apa apa dari kebanggaan orang yg sangat menyanjung negeri barat, walau aku sudah lulusan New York University, tetap aku tidak bisa sukses di dunia kecuali dg kelicikan, saling sikut dalam kerakusan jabatan, dan aku menghindari itu.

maka ayahanda almarhum hidup dalam kesederhanaan di cipanas, cianjur, Puncak. Jawa barat, beliau lebih senang menyendiri dari ibukota, membesarkan anak anaknya, mengajari anak2nya mengaji, ratib, dan shalat berjamaah.

namun saya sangat mengecewakan ayah bunda karena boleh dikatakan : dunia tidak akhiratpun tidak.

namun saya sangat mencintai Rasul saw, menangis merindukan Rasul saw, dan sering dikunjungi Rasul saw dalam mimpi, Rasul saw selalu menghibur saya jika saya sedih, suatu waktu saya mimpi bersimpuh dan memeluk lutut beliau saw, dan berkata wahai Rasulullah saw aku rindu padamu, jangan tinggalkan aku lagi, butakan mataku ini asal bisa jumpa dg mu.., ataukan matikan aku sekarang, aku tersiksa di dunia ini,,, Rasul saw menepuk bahu saya dan berkata : munzir, tenanglah, sebelum usiamu mencapai 40 tahun kau sudah jumpa dg ku.., maka saya terbangun..

akhirnya karena ayah pensiun, maka ibunda membangun losmen kecil didepan rumah berupa 5 kamar saja, disewakan pada orang yg baik baik, untuk biaya nafkah, dan saya adalah pelayan losmen ibunda saya.


setiap malam saya jarang tidur, duduk termenung dikursi penerimaan tamu yg cuma meja kecil dan kursi kecil mirip pos satpam, sambil menanti tamu, sambil tafakkur, merenung, melamun, berdzikir, menangis dan shalat malam demikian malam malam saya lewati,


siang hari saya puasa nabi daud as, dan terus dilanda sakit asma yg parah, maka itu semakin membuat ayah bunda kecewa, berkata ibunda saya : kalau kata orang, jika banyak anak, mesti ada satu yg gagal, ibu tak mau percaya pada ucapan itu, tapi apakah ucapan itu kebenaran?.


saya terus menjadi pelayan di losmen itu, menerima tamu, memasang seprei, menyapu kamar, membersihkan toilet, membawakan makanan dan minuman pesanan tamu, berupa teh, kopi, air putih, atau nasi goreng buatan ibunda jika dipesan tamu.


sampai semua kakak saya lulus sarjana, saya kemudian tergugah untuk mondok, maka saya pesantren di Hb Umar bin Abdurrahman Assegaf di Bukit duri jakarta selatan, namun hanya dua bulan saja, saya tidak betah dan sakit sakitan karena asma terus kambuh, maka saya pulang.

ayah makin malu, bunda makin sedih, lalu saya prifat saja kursus bahasa arab di kursus bahasa arab assalafi, pimpinan Almarhum Hb Bagir Alattas, ayahanda dari hb Hud alattas yg kini sering hadir di majelis kita di almunawar.

saya harus pulang pergi jakarta cipanas yg saat itu ditempuh dalam 2-3 jam, dg ongkos sendiri, demikian setiap dua kali seminggu, ongkos itu ya dari losmen tsb.

saya selalu hadir maulid di almarhum Al Arif Billah Alhabib Umar bin Hud alattas yg saat itu di cipayung, jika tak ada ongkos maka saya numpang truk dan sering hujan hujanan pula.

sering saya datang ke maulid beliau malam jumat dalam keadaan basah kuyup, dan saya diusir oleh pembantu dirumah beliau, karena karpet tebal dan mahal itu sangat bersih, tak pantas saya yg kotor dan basah menginjaknya, saya terpaksa berdiri saja berteduh dibawah pohon sampai hujan berhenti dan tamu tamu berdatangan, maka saya duduk dil;uar teras saja karena baju basah dan takut dihardik sang penjaga.

saya sering pula ziarah ke luar batang, makam Al Habib husein bin Abubakar Alaydrus, suatu kali saya datang lupa membawa peci, karena datang langsung dari cipanas, maka saya berkata dalam hati, wahai Allah, aku datang sebagai tamu seorang wali Mu, tak beradab jika aku masuk ziarah tanpa peci, tapi uangku pas pasan, dan aku lapar, kalau aku beli peci maka aku tak makan dan ongkos pulangku kurang..,

maka saya memutuskan beli peci berwarna hijau, karena itu yg termurah saat itu di emperan penjual peci, saya membelinya dan masuk berziarah, sambil membaca yaasin utk dihadiahkan pada almarhum, saya menangisi kehidupan saya yg penuh ketidak tentuan, mengecewakan orang tua, dan selalu lari dari sanak kerabat, karena selalu dicemooh, mereka berkata : kakak2mu semua sukses, ayahmu lulusan makkah dan pula new york university, koq anaknya centeng losmen..

maka saya mulai menghindari kerabat, saat lebaranpun saya jarang berani datang, karena akan terus diteror dan dicemooh.

walhasil dalam tangis itu saya juga berkata dalam hati, wahai wali Allah, aku tamumu, aku membeli peci untuk beradab padamu, hamba yg shalih disisi Allah, pastilah kau dermawan dan memuliakan tamu, aku lapar dan tak cukup ongkos pulang..,

lalu dalam saya merenung, datanglah rombongan teman teman saya yg pesantren di Hb Umar bin Abdurrahman Assegaf dg satu mobil, mereka senang jumpa saya, sayapun ditraktir makan, saya langsung teringat ini berkah saya beradab di makam wali Allah..

lalu saya ditanya dg siapa dan mau kemana, saya katakan saya sendiri dan mau pulang ke kerabat ibu saya saja di pasar sawo, kb Nanas Jaksel, mereka berkata : ayo bareng saja, kita antar sampai kebon nanas, maka sayapun semakin bersyukur pada Allah, karena memang ongkos saya tak akan cukup jika pulang ke cipanas, saya sampai larut malam di kediaman bibi dari Ibu saya, di ps sawo kebon nanas, lalu esoknya saya diberi uang cukup untuk pulang, sayapun pulang ke cipanas..

tak lama saya berdoa, wahai Allah, pertemukan saya dg guru dari orang yg paling dicintai Rasul saw, maka tak lama saya masuk pesantren Al Habib Hamid Nagib bin Syeikh Abubakar di Bekasi timur, dan setiap saat mahal qiyam maulid saya menangis dan berdoa pada Allah untuk rindu pada Rasul saw, dan dipertemukan dg guru yg paling dicintai Rasul saw, dalam beberapa bulan saja datanglah Guru Mulia Al Musnid Al Allamah Al Habib Umar bin Hafidh ke pondok itu, kunjungan pertama beliau yaitu pd 1994.

selepas beliau menyampaikan ceramah, beliau melirik saya dg tajam.., saya hanya menangis memandangi wajah sejuk itu.., lalu saat beliau sudah naik ke mobil bersama almarhum Alhabib Umar maula khela, maka Guru Mulia memanggil Hb Nagib Bin Syeikh Abubakar, Guru mulia berkata bahwa beliau ingin saya dikirim ke Tarim Hadramaut yaman untuk belajar dan menjadi murid beliau,

Guru saya hb Nagib bin syeikh abubakar mengatakan saya sangat belum siap, belum bisa bahasa arab, murid baru dan belum tahu apa apa, mungkin beliau salah pilih..?, maka guru mulia menunjuk saya, itu.. anak muda yg pakai peci hijau itu..!, itu yg saya inginkan.., maka Guru saya hb Nagib memanggil saya utk jumpa beliau, lalu guru mulia bertanya dari dalam mobil yg pintunya masih terbuka : siapa namamu?, dalam bahasa arab tentunya, saya tak bisa menjawab karena tak faham, maka guru saya hb Nagib menjawab : kau ditanya siapa namamu..!, maka saya jawab nama saya, lalu guru mulia tersenyum..

keesokan harinya saya jumpa lagi dg guru mulia di kediaman Almarhum Hb bagir Alattas, saat itu banyak para habaib dan ulama mengajukan anaknya dan muridnya untuk bisa menjadi murid guru mulia, maka guru mulia mengangguk angguk sambil kebingungan menghadapi serbuan mereka, lalu guru mulia melihat saya dikejauhan, lalu beliau berkata pada almarhum hb umar maula khela : itu.. anak itu.. jangan lupa dicatat.., ia yg pakai peci hijau itu..!,

guru mulia kembali ke Yaman, sayapun langsung ditegur guru saya hb Nagib bin syekh abubakar, seraya berkata : wahai munzir, kau harus siap siap dan bersungguh sungguh, kau sudah diminta berangkat, dan kau tak akan berangkat sebelum siap..

dua bulan kemudian datanglah Almarhum Alhabib Umar maula khela ke pesantren, dan menanyakan saya, alm hb umar maulakhela berkata pada hb nagib : mana itu munzir anaknya hb Fuad almusawa?, dia harus berangkat minggu ini, saya ditugasi untuk memberangkatkannya, maka hb nagib berkata saya belum siap, namun alm hb umar maulakhela dg tegas menjawab : saya tidak mau tahu, namanya sudah tercantum untuk harus berangkat, ini pernintaan AL Habib Umar bin Hafidh, ia harus berangkat dlm dua minggu ini bersama rombongan pertama..

saya persiapkan pasport dll, namun ayah saya keberatan, ia berkata : kau sakit sakitan, kalau kau ke Mekkah ayah tenang, karena banyak teman disana, namun ke hadramaut itu ayah tak ada kenalan, disana negeri tandus, bagaimana kalau kau sakit?, siapa yg menjaminmu..?,

saya pun datang mengadu pd Almarhum Al Arif billah Alhabib Umar bin hud Alattas,beliau sudah sangat sepuh, dan beliau berkata : katakan pada ayahmu, saya yg menjaminmu, berangkatlah..

saya katakan pada ayah saya, maka ayah saya diam, namun hatinya tetap berat untuk mengizinkan saya berangkat, saat saya mesti berangkat ke bandara, ayah saya tak mau melihat wajah saya, beliau buang muka dan hanya memberikan tangannya tanpa mau melihat wajah saya, saya kecewa namun saya dg berat tetap melangkah ke mobil travel yg akan saya naiki, namun saat saya akan naik, terasa ingin berpaling ke belakang, saya lihat nun jauh disana ayah saya berdiri dipagar rumah dg tangis melihat keberangkatan saya..., beliau melambaikan tangan tanda ridho, rupanya bukan beliau tidak ridho, tapi karena saya sangat disayanginya dan dimanjakannya, beliau berat berpisah dg saya, saya berangkat dg airmata sedih..

saya sampai di tarim hadramaut yaman dikediaman guru mulia, beliau mengabsen nama kami, ketika sampai ke nama saya dan beliau memandang saya dan tersenyum indah,

tak lama kemudian terjadi perang yaman utara dan yaman selatan, kami di yaman selatan, pasokan makanan berkurang, makanan sulit, listrik mati, kamipun harus berjalan kaki kemana mana menempuh jalan 3-4km untuk taklim karena biasanya dg mobil mobil milik guru mulia namun dimasa perang pasokan bensin sangat minim

suatu hari saya dilirik oleh guru mulia dan berkata : Namamu Munzir.. (munzir = pemberi peringatan), saya mengangguk, lalu beliau berkata lagi : kau akan memberi peringatan pada jamaahmu kelak...!.


maka saya tercenung.., dan terngiang ngiang ucapan beliau : kau akan memberi peringatan pada jamaahmu kelak...?, saya akan punya jamaah?, saya miskin begini bahkan untuk mencuci bajupun tak punya uang untuk beli sabun cuci..


saya mau mencucikan baju teman saya dg upah agar saya kebagian sabun cucinya, malah saya dihardik : cucianmu tidak bersih...!, orang lain saja yg mencuci baju ini..


maka saya terpaksa mencuci dari air bekas mengalirnya bekas mereka mencuci, air sabun cuci yg mengalir itulah yg saya pakai mencuci baju saya


hari demi hari guru mulia makin sibuk, maka saya mulai berkhidmat pada beliau, dan lebih memilih membantu segala permasalahan santri, makanan mereka, minuman, tempat menginap dan segala masalah rumah tangga santri, saya tinggalkan pelajaran demi bakti pada guru mulia membantu beliau, dengan itu saya lebih sering jumpa beliau.


2 tahun di yaman ayah saya sakit, dan telepon, beliau berkata : kapan kau pulang wahai anakku..?, aku rindu..?


saya jawab : dua tahun lagi insya Allah ayah..


ayah menjawab dg sedih ditelepon.. duh.. masih lama sekali.., telepon ditutup, 3 hari kemudian ayah saya wafat..


saya menangis sedih, sungguh kalau saya tahu bahwa saat saya pamitan itu adalah terakhir kali jumpa dg beliau.. dan beliau buang muka saat saya mencium tangan beliau, namun beliau rupanya masih mengikuti saya, keluar dari kamar, keluar dari rumah, dan berdiri di pintu pagar halaman rumah sambil melambaikan tangan sambil mengalirkan airmata.., duhai,, kalau saya tahu itulah terakhir kali saya melihat beliau,., rahimahullah..


tak lama saya kembali ke indonesia, tepatnya pada 1998, mulai dakwah sendiri di cipanas, namun kurang berkembang, maka say mulai dakwah di jakarta, saya tinggal dan menginap berpindah pindah dari rumah kerumah murid sekaligus teman saya, majelis malam selasa saat itu masih berpindah pindah dari rumah kerumah, mereka murid2 yg lebih tua dari saya, dan mereka kebanyakan dari kalangan awam, maka walau saya sudah duduk untuk mengajar, mereka belum datang, saya menanti, setibanya mereka yg cuma belasan saja, mereka berkata : nyantai dulu ya bib, ngerokok dulu ya, ngopi dulu ya, saya terpaksa menanti sampai mereka puas, baru mulai maulid dhiya'ullami.., jamaah makin banyak, mulai tak cukup dirumah rumah, maka pindah pindah dari musholla ke musholla,. jamaah makin banyak, maka tak cukup pula musholla, mulai berpindah pindah dari masjid ke masjid,


lalu saya membuka majelis dihari lainnya, dan malam selasa mulai ditetapkan di masjid almunawar, saat itu baru seperempat masjid saja, saya berkata : jamaah akan semakin banyak, nanti akan setengah masjid ini, lalu akan memenuhi masjid ini, lalu akan sampai keluar masjid insya Allah.. jamaah mengaminkan..


mulailah dibutuhkan kop surat, untuk undangan dlsb, maka majelis belum diberi nama, dan saya merasa majelis dan dakwah tak butuh nama, mereka sarankan majelis hb munzir saja, saya menolak, ya sudah, majelis rasulullah saw saja,


kini jamaah Majelis Rasulullah sudah jutaan, di Jabodetabek, jawa barat, banten, jawa tengah, jawa timur, bali, mataram, kalimantan, sulawesi, papua, singapura, malaysia, bahkan sampai ke Jepang, dan salah satunya kemarin hadir di majelis haul badr kita di monas, yaitu Profesor dari Jepang yg menjadi dosen disana, dia datang keindonesia dan mempelajari bidang sosial, namun kedatangannya juga karena sangat ingin jumpa dg saya, karena ia pengunjung setia web ini, khususnya yg versi english..


sungguh agung anugerah Allah swt pada orang yg mencintai Rasulullah saw, yg merindukan Rasulullah saw...


itulah awal mula hamba pendosa ini sampai majelis ini demikian besar, usia saya kini 38 tahun jika dg perhitungan hijriah, dan 37 th jika dg perhitungan masehi, saya lahir pd Jumat pagi 19 Muharram 1393 H, atau 23 februari 1973 M.


perjanjian Jumpa dg Rasul saw adalah sblm usia saya tepat 40 tahun, kini sudah 1431 H,


mungkin sblm sempurna 19 Muharram 1433 H saya sudah jumpa dg Rasul saw, namun apakah Allah swt akan menambah usia pendosa ini..?


Wallahu a'lam

Senin, 26 November 2012

Jadwal Lengkap Pertandingan Manchester United di Liga Premier 2012-2013




  • 18 Agustus 2012: Everton v Man Utd
  • 25 Agustus 2012: Man Utd v Fulham
  • 1 September 2012: Southampton v Man Utd
  • 15 September 2012: Man Utd v Wigan
  • 22 September 2012: Liverpool v Man Utd
  • 29 September 2012: Man Utd v Tottenham
  • 6 Oktober 2012: Newcastle v Man Utd
  • 20 Oktober 2012: Man Utd v Stoke
  • 27 Oktober 2012: Chelsea v Man Utd
  • 3 November 2012: Man Utd v Arsenal
  • 10 November 2012: Aston Villa v Man Utd
  • 17 November 2012: Norwich v Man Utd
  • 24 November 2012: Man Utd v QPR
  • 27 November 2012: Man Utd v West Ham
  • 1 Desember 2012: Reading v Man Utd
  • 8 Desember 2012: Man City v Man Utd
  • 15 Desember 2012: Man Utd v Sunderland
  • 22 Desember 2012: Swansea v Man Utd
  • 26 Desember 2012: Man Utd v Newcastle
  • 29 Desember 2012: Man Utd v West Brom
  • 1 Januari 2013: Wigan v Man Utd
  • 12 Januari 2013: Man Utd v Liverpool
  • 19 Januari 2013: Tottenham v Man Utd
  • 29 Januari 2013: Man Utd v Southampton
  • 2 Februari 2013: Fulham v Man Utd
  • 9 Februari 2013: Man Utd v Everton
  • 23 Februari 2013: QPR v Man Utd
  • 2 Maret 2013: Man Utd v Norwich
  • 9 Maret 2013: West Ham v Man Utd
  • 16 Maret 2013: Man Utd v Reading
  • 30 Maret 2013: Sunderland v Man Utd
  • 6 April 2013: Man Utd v Man City
  • 13 April 2013: Stoke v Man Utd
  • 20 April 2013: Man Utd v Aston Villa
  • 27 April 2013: Arsenal v Man Utd
  • 4 Mei 2013: Man Utd v Chelsea
    12 Mei 2013: Man Utd v Swansea
  • 19 Mei 2013: West Brom v Man Utd


Inilah Jadwal Pertandingan Manchester United (MU) 2012 - 2013 yang dapat kami Update untuk anda sekarang.Semoga Kamu pencinta Klub Manchester United akan selalu Menunggu dan menonton Pertandingan Klub favorit kamu ini bertanding.

Biografi syekh ahmad badawi

Setiap hari, dari pagi hingga sore, ia menatap matahari, sehingga kornea matanya merah membara. Apa yang dilihatnya bisa terbakar, khawatir terjadinya hal itu, saat berjalan ia lebih sering menatap langit, bagaikan orang yang sombong. Sejak masa kanak kanak, ia suka berkhalwat dan riyadhoh, pernah empat puluh hari lebih perutnya tak terisi makanan dan minuman. Ia lebih memilih diam dan berbicara dengan bahasa isyarat, bila ingin berkomunikasi dengan seseorang. Ia tak sedetikpun lepas dari kalimat toyyibah, berdzikir dan bersholawat. Dalam perjalanan riyadhohnya, ia pernah tinggal di loteng negara Thondata selama 12 tahun, dan selama 8 tahun ia berada diatas atap, riadhoh siang dan malam. Ia hidup pada tahun 596-675 H dan wafat di Mesir, makamnya di kota Tonto, setiap waktu tak pernah sepi dari peziarah.
Pada usia dini ia telah hafal Al-Qur’an, untuk memperdalam ilmu agama ia berguru kepada Syeikh Abdul Qadir al-Jailani dan syeikh Ahmad Rifai. Ia adalah Waliullah Qutbol Gaust, Assayyid, Assyarif Ahmad al Badawi. Suatu hari, ketika sang Murid telah sampai ketingkatannya, Sjech Abdul Qodir Jaelani, menawarkan kepadanya ; ”Manakah yang kau inginkan ya Ahmad Badawi, kunci Masriq atau Magrib, akan kuberikan untukmu”, hal yang sama juga diucapkan oleh gurunya Sayyid Ahmad Rifai, dengan lembut, dan menjaga tatakrama murid kepada gurunya, ia menjawab; ”Aku tak mengambil kunci kecuali dari Al Fattah (Allah )”.
Suatu hari datang kepadanya, seorang janda mohon pertolongan, anak lelakinya ditahan di Perancis, dan sang ibu ingin agar anak itu kembali dalam keadaan selamat. Oleh Sayyidi Ahmad Al Badawi, janda itu disuruhnya untuk pulang, dan berkata sayidi : “Insya Allah anak ibu sudah berada dirumah”. Bergegas sang ibu menuju rumahnya, dan betapa bahagia, bercampur haru, dan penuh keheranan, ia dapati anaknya telah berada di rumah dalam keadaan terbelenggu. Sayyidi al badawi banyak menolong orang yang ditahan secara Dholim oleh penguasa Prancis saat itu, dan semua pulang ke rumahnya dalam keadaan tangannya tetap terbelenggu.
Pernah suatu ketika Syaikh Ibnul labban mengumpat Sayyidi Ahmad Badawi, seketika itu juga hafalan Al-Qur’an dan iman Syaikh Ibnul labban menjadi hilang. Ia bingung dan berusaha dengan beristighosah dan meminta bantuan do’a, orang orang terkemuka di zaman itu (agar ilmu dan imannya kembali lagi), tetapi tidak satupun dari yang dimintainya doa, berani mencampuri urusannya, karena terkait dengan Sayyidi Ahmad Badawi. Padahal diriwayatkan, saat itu Sayyidi Al Badawi telah wafat. Orang terkemuka yang dimintainya doa, hanya berani memberi saran kepada Syaikh Ibnul labban, agar dia menghadap Syeikh Yaqut al-‘Arsyiy, waliullah terkemuka pada saat itu, dan kholifah sayyidi abil hasan Assadzili. Ibnu labban segera menemui Sjech Yaqut dan minta pertolongannya, dalam urusannya dengan sayyidi Ahmad Al badawi.
Setelah dimintai pertolongan oleh Syaikh Ibnul labban, Syeikh Yaqut Arsyiy berangkat menuju ke makam Sayyidi al-Badawi dan berkata : “ Wahai guru, hendaklah tuan memberi ma’af kepada orang ini!”. Dari dalam makamnya, terdengar jawaban “Apakah kamu berkehendak untuk mengembalikan tandanya orang miskin itu ? ya…sudah, tapi dengan syarat ia mau bertaubat”. Syeikh Ibbnul Labbanpun akhirnya bertaubat, dan tidak lama kemudian kembalilah ilmu dan imannya seperti sedia kala dan ia juga mengakui kewalian Syeikh Yaqut, karena peristiwa tersebut. Ia kemudian dinikahkan dengan putrinya Syeikh Yaqut. (Di ambil dari kitab al-Jaami’).
Syeikh Muhammad asy-Syanawi menceritakan, bahwa pada waktu itu ada orang yang tidak mau menghadiri dan bahkan mengingkari peringatan maulidnya Syeikh Ahmad Badawi, maka seketika hilanglah iman orang itu dan menjadi merasa tidak senang terhadap agama Islam. Orang itu kemudian berziarah ke makamnya Sayyid Badawi untuk minta tolong dan memohon maaf atas kesalahannya. Kemudian terdengarlah suara sayyidi Badawi dari dalam kubur : “iya, saya ma’afkan, tapi jangan berbuat lagi. Na’am (iya) jawab orang itu, spontan imannya kembali lagi. Beliau lalu meneruskan ucapannya : “Apa sebabnya kamu mengingkari kami semua”.
Dijawabnya : “Karena di dalam acara itu banyak orang laki-laki dan perempuan bercampur baur menjadi satu” (tanpa ada garis pembatas). Sayyidi Badawi lalu mengatakan : “Di tempat thowaf sana, dimana banyak orang yang menunaikan ibadah haji disekitar Ka’bah, mereka juga bercampur laki-laki dan perempuan, kenapa tidak ada yang melarang”. Demi mulianya Tuhanku, orang-orang yang ada untuk menghadiri acara maulidku ini tidaklah ada yang menjalankan dosa kecuali pasti mau bertaubat dan akan bagus taubatnya. Hewan-hewan di hutan dan ikan-ikan di laut, semua itu dapat aku pelihara dan kulindungi diantara satu dengan lainnya sehingga menjadi aman dengan idzin Allah. Lalu, apakah kiranya Allah Ta’ala, tidak akan memberi aku kekuatan untuk mampu menjaga dan memelihara keamanannya orang-orang yang menghadiri acara maulidku itu ?”
Suatu ketika Syeikh Ibnu Daqiqil berkumpul dengan Sayyidi Badawi, dan ia bertanya kepada beliau : “Mengapa engkau tidak pernah sholat, yang demikian itu bukanlah perjalanannya para shalihin“. Lalu beliau menjawab : “Diam kamu! Kalau tidak mau diam aku hamburkan daqiqmu (tepung)”. Dan di tendanglah Syeikh Daqiqil oleh beliau hingga berada disuatu pulau yang luas dalam kondisi tidak sadarkan diri. Setelah sadar, iapun termangu karena merasa asing dengan pulau tersebut. Dalam kebingungannya, datanglah seorang lelaki menghampirinya dan memberi nasehat agar jangan mengganggu orang type al-Badawi, dan sekarang kamu berjalanlah menuju qubah yang terlihat itu, nanti jika sudah tiba di sana kau berhentilah di depan pintu hingga menunggu waktu ‘ashar dan ikutlah shalat berjamaah dibelakangnya imam tersebut, sebab nanti Ahmad Badawi akan ikut di dalamnya.
Setelah bertemu dia ucapkanlah salam, peganglah lengan bajunya dan mohonlah ampun atas ucapanmu tadi. Ia menuruti kata-kata orang itu yang tidak lain adalah Nabiyullah Khidir a.s. Setelah semua nasehatnya dilaksanakan, betapa terkejutnya ia karena yang menjadi imam sholat waktu itu adalah Sayyidi Badawi. Setelah selesai sholat ia langsung menghampiri dan menciumi tangan dan menarik lengan Sayyidi al-Badawi, sambil berkata seperti yang diamanatkan orang tadi. Dan berkatalah Sayyidi Badawi sambil menendang Syeikh Daqiqil,” Pergilah sana murid-muridmu sudah menantimu dan jangan kau ulangi lagi!. Seketika itu juga ia sudah sampai di rumahnya dan murid-muridnya telah menunggu kedatangan Syeikh Daqiqil. Dijelaskan bahwa yang menjadi makmum sholat berjamaah dengan Sayyidi Badawi pada kejadian itu adalah para wali.
Syekh Imam al Munawi berkata : “Ada seorang Syeikh yang setiap akan bepergian selalu berziarah di makamnya Syeikh Ahmad al Badawi untuk minta ijin, lalu terdengar suara dari dalam kubur dengan jelas :”Ya pergilah dengan tawakkal, Insya Allah niatmu berhasil, kejadian tersebut didengar juga oleh Syeikh abdul wahab Assya’roni, padahal saat itu Syeikh Ahmad al Badawi sudah meninggal 200 tahun silam, jadi para aulia’ itu walaupun sudah meninggal ratusan tahun, namun masih bisa emberi petunjuk.
Berkata Syeikh Muhammad al-Adawi : Setengah dari keindahan keramat beliau ialah, pada saat banyaknya orang yang ingin berusaha membatalkan peringatan maulidnya beliau, dimana orang-orang tersebut menghadap dan meminta kepada Syeikh Imam Yahya al-Munawiy agar beliau mau menyetujuinya. Sebagai orang yang berpengaruh dan berpendirian kuat pada masa itu, Syeikh Yahya tidak menyetujuinya, akhirnya orang-orang tersebut melapor kepada sang raja azh-Zhohir Jaqmaq. Sang rajapun berusaha membujuk agar Syeikh Yahya bersedia memberi fatwa untuk membatalkan maulidnya Sayyidi Badawi. Akan tetapi Syeikh Yahya tetap tidak mau dan hanya bersedia memberikan fatwa melarang keharaman-haraman yang terjadi di acara itu. Maka acara maulid tetap dilaksanakan seperti biasa. Dan Syeikh Yahya bekata kepada sang raja: “Aku tetap tak berani sama sekali berfatwa yang demikian, karena Sayyidi Badawi adalah wali yang agung dan seorang fanatik (malati = bahasa jawanya). Hai raja, tunggu saja, kamu akan tahu akibat bahayanya orang-orang yang berusaha menghilangkan peringatan maulid Sayyidi Badawi.
Memang benar, tak lama kemudian mereka yang bertujuan menghilangkan peringatan maulid Sayyidi Badawi tertimpa bencana. Orang-orang tersebut ada yang dicopot jabatannya dan diasingkan oleh rajanya. Ada yang melarikan diri ke Dimyath akan tetapi kemudian ditarik kembali dan diberi pengajaran, dirantai dan dipenjara selama setengah bulan. Bahkan diantara mereka yang mempunyai jabatan tinggi dikerajaan itu lalu banyak yang ditangkap, disidang dengan kelihatan terhina, disiksa dan diborgol besi di depan majlis hakim syara’ lalu dihadapkan raja yang kemudian dibuang di negara Maghrib.
Sayyidi Ahmad Badawi pernah berkata kepada seseorang : “Bahwa pada tahun ini hendaknya kamu menyimpan gandum yang banyak yang tujuanmu nanti akan kau berikan kepada para fakir miskin, sebab nanti akan terjadi musim paceklik pangan. Kemudian orang tadi menjalankan apa yang diperintahkan beliau, dan akhirnya memang terbukti kebenaran ucapan Sayyidi Badawi.
Berkata al-Imam Sya’roni : “Pada tahun 948 H aku ketinggalan tidak dapat menghadiri acara maulidnya Sayyidi Badawi. Lalu ada salah satu aulia’ memberi tahu kepadaku bahwa Sayyidi Badawi pada waktu peringatan itu memperlihatkan diri di makamnya dan bertanya : “Mana Abdul Wahhab Sya’roni, kenapa tidak datang ?” Pada suatu tahun, al-Imam Sya’roni juga pernah berkeinginan tidak akan mendatangi maulid beliau. Lalu aku melihat beliau memegang pelepah kurma hijau sambil mengajak orang-orang dari berbagai negara. Jadi orang-orang yang berada dibelakangnya, dikanan dan kirinya banyak sekali tak terhingga jumlahnya.
Terus beliau melewati aku di Mesir, sayyidi Badawi berkata : “Kenapa kamu tidak berangkat ?”. Aku sedang sakit tuan, jawabku. Sakit tidak menghalang-halangi orang cinta. Terus aku diperlihatkan orang banyak dari para aulia’dan para masayikh, baik yang masih hidup maupun yang sudah wafat, dan orang-orang yang lumpuh semua berjalan dengan merangkak dan memakai kain kafannya, mereka mengikuti dibelakang sayyidi Badawi menghadiri maulid beliau. Terus aku juga diperlihatkan jama’ah dan sekelompok tawanan yang masih dalam keadaan terbalut dan terbelenggu juga ikut datang menghadiri maulidnya. Lalu beliau berkata: lihatlah ! itu semua tidak ada yang mau ketinggalan, akhirnya aku berkehendak untuk mau menghadiri, dan aku berkata : Insya Allah aku hadir tuan guru ?. Kalau begitu kamu harus dengan pendamping, jawab sayyidi Badawi.
Kemudian beliau memberi aku dua harimau hitam besar dan gajah, yang dijanji tidak akan berpisah denganku sebelum sampai di tempat. Peristiwa ini kemudian aku ceritakan kepada guruku Syeikh Muhammad asy-Syanawi, beliau lalu menjelaskan: memang pada umumnya para aulia’ mengajak orang-orang itu dengan perantaraan, akan tetapi sayyidi Ahmad Badawi langsung dengan sendirinya menyuruh orang-orang mengajak datang. Sungguh banyak keramat beliau, hingga al-Imam Sya’roni mengatakan,”Seandainya keajaiban atau keramat-keramat beliau kalau ditulis di dalam buku tidaklah akan muat karena terlalu banyaknya. Tetapi ada peninggalan Syeikh ahmad Badawi yang sangat utama, yaitu bacaan sholawat badawiyah sughro dan sholawat badawiyah kubro. Demikianlah sekelumit manakib Sayyidi Ahmad Al Badawi disajikan kehadapan pembaca, untuk dapat diambil hikmahnya, DUSTUR YA SAYYIDI AHMAD AL BADAWI